Warga Blora Selatan Nekad Sebrangi Bengawan Solo di Puncak Musim Hujan
Warga Bersusah Payah Sebrangi Sungai |
BLORA - Derasnya arus air Sungai Bengawan Solo saat puncak musim hujan mulai akhir Januari lalu hingga pertengahan bulan Februari ini ternyata tidak menimbulkan rasa takut bagi sebagian besar warga Blora Selatan yang tinggal di Kecamatan Kradenan, Randublatung dan Kedungtuban untuk tetap menyebrang menggunakan perahu sederhana dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Tidak adanya jembatan penyebrangan sungai terpanjang se Pulau Jawa ini di wilayah Blora Selatan, memang memaksa warga setempat sejak puluhan tahun lalu nekad bergantung pada perahu penyebrangan yang dikelola desa setempat, meski terkadang rasa was-was menghampiri ketika arus deras datang.
“Jembatan Bengawan Solo hanya ada di Kecamatan Cepu yang jaraknya lebih dari 30 km dari sini. Sehingga harus berputar cukup jauh dan membuang waktu lama untuk menuju wilayah Ngraho Bojonegoro dan Ngawi (Jatim) atau sebaliknya. Sedangkan jika menyebrang menggunakan perahu dari Desa Medalem Kecamatan Kradenan Blora menuju Desa Desa Luwihaji Kecamatan Ngraho Bojonegoro tidak sampai 10 menit sudah sampai,” kata Sri Narti (35) warga Kradenan ketika menyebrang ke Ngraho Bojonegoro untuk menjual berasnya, Jumat (19/2).
Begitu juga dengan Guruh (24) warga Desa Mendenrejo Kecamatan Kradenan yang sering menyebrang sungai untuk menuju wilayah Bojonegoro dan Ngawi.
“Mau bagaimana lagi, inilah nasib warga perbatasan yang jauh dari pembangunan. Sudah lama masyarakat disini merindukan adanya jembatan. Namun sejauh ini masih wacana. Pengennya segera dibangun jembatan mas,” ujar Guruh.
Meskipun permukaan air sungai belakangan ini naik dan berarus deras, tidak membuat perahu penyebrangan berhenti beroperasi. Tanpa adanya pengaman berupa pelampung, mereka tetap beroperasi menyebrangkan ratusan warga setiap harinya untuk beraktifitas memenuhi kebutuhan ekonomi di kedua wilayah beda provinsi ini.
“Awalnya memang takut, tetapi karena sudah terbiasa ya terpaksa dengan sendirinya rasa takut itu hilang,” lanjutnya.
Perahu penyebrangan sendiri hanya bisa menyebrangkan orang, sepeda, dan motor roda dua berkapasitas maksimal 15 motor. Sedangkan orangnya bisa mencapai 30 orang sekali jalan. Setiap orang dikenakan biaya ongkos penyebrangan sebesar Rp 2000, sedangkan jika membawa motor dikenakan biaya Rp 5000.
Adapun lebar sungai Bengawan Solo ketika permukaannya naik bisa mencapai 100 meter dengan kedalaman lebih dari 30 meter. Sangat membahayakan jika penyebrangan perahu sederhana tidak dilengkapi dengan perlengkapan alat pelindung diri berupa pelampung.
“Sudah saatnya pemerintah membangunkan sebuah jembatan di Blora Selatan agar akses ekonomi di kedua wilayah bisa berjalan lancar,” pungkasnya.
(rs-infoblora)
Sumber: Info Blora
0 Response to "Warga Blora Selatan Nekad Sebrangi Bengawan Solo di Puncak Musim Hujan"
Post a Comment
Pembaca Cerdas Selalu Tahu Komentar Apa yang Harus Disampaikan