-->

Harga Gabah Anjlok, Petani di Blora Menjerit

Harga Gabah Anjlok, Petani di Blora Menjerit
Rapat Koordinasi Membahas Harga Gabah
Blora,- Anjloknya harga gabah ketika musim panen raya tiba membuat sebagian besar kalangan petani di Kabupaten Blora resah. Pasalnya dengan harga jual rendah, mereka tidak bisa menutup modal awal saat masa tanam padi, mengingat biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk, pengairan, dan perawatan padi sangatlah besar.

Suara petani akibat anjloknya harga gabah tersebut direspon Bulog dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora dengan menggelar rapat koordinasi Satu Meja antara Pemkab dengan Subdivre Pati di ruang pertemuan gudang Dolog Jepon, Blora (07/02/2017). Rapat tersebut dikemas dalam sosialisasi pengadaan dalam negeri Subdivre Pati tahun 2007.

Salah satu peserta rapat Singgih Hartono membeberkan bahwa banyak petani Blora saat ini menjerit karena harga gabah kering panen (GKP) hanya laku dijual Rp. 2.500 hingga Rp. 2.900 perkilogram, padahal GKP yang dipatok pemerintah dari petani seharga RP. 3.700 perkilogram. Dirinya menambahkan dengan kondisi cuaca buruk, berangin, dan seringnya mendung pada siang hari, membuat gabah petani rusak sehingga tidak laku dijual.

“Jika Bulog tidak segera turun menyerap gabah/beras ke bawah, petani bisa bangkrut,” tandasnya.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora Hj Reni Miharti, juga mendesak Bulog turun menyerap gabah/beras petani baik melalui mitra kerja Bulog atau satgas yang ada. 

“Puncak panen padi segera tiba, dan padi yang siap panen pada Februari-Maret 2017 mencapai 41.000 hektar,” tandas mantan Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) setempat.

Dalam kesempatan yang sama Bupati Blora Djoko Nugroho mendesak Bulog segera mengambil tindakan menyerap padi petani guna realisasi pengadaan di Blora lebih meningkat dibanding tahun sebelumnya. Sebab target penyerapan gabah/padi pada tahun 2016 sebanyak 15.000 ton, dan teralisasi 22.000 ton.

“Produksi beras Blora terbesar di wilayah Subdivre Pati, sehingga harus dikirim ke Kedu, Pekalongan, Kalimantan, dan Sumatra,” tandasnya.

Pada tahun ini ditargetkan penyerapan gabah sebesar 21.630 ton. Bupati Blora optimis realisasinya akan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016, yakni sekita 25.000 sampai 26.000 ton. Hal ini berdampak pada gudang Dolog yang ada di Blora tidak mampu menampung, dan harus dikirim ke luar daerah.

Untuk itu, dirinya mendesak Bulog untuk merealisasi usulan penambahan gudang, karena fasilitas yang ada saat ini space-nya hanya mampu menampung 8.500 ron beras, sehingga harus menyewa pada pihak ketiga (swasta).

Mendapat desakan agar segera turun menyerap gabah/beras petani agar harga membaik, Kepala Bulog Subdivre Pati dengan wilayah kerja Blora, Rembang, Pati, Kudus, Jepara, A. Kholisun, menegaskan satgas bersama mitra kerja Bulog (MKB) segera melakukan pengadaan penyerapan mulai pekan depan. 

“Maka kami gelar sosialisasi ini untuk persiapan penyerapan gabah/beras petani, pekan depan kami segera turun,” jelasnya.

Soal gudang Dolog Blora yang sudah tidak lagi mampu menampung gabah/beras petani, diakuinya sudah diusulkan ke Bulog pusat, tapi sampai saat ini belum direalisasi. Solusi sementara yang ditawarkan adalah menyewa gudang milik swasta, karena gudang yang ada hanya mampu menampung 8.500 ton

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Harga Gabah Anjlok, Petani di Blora Menjerit"

Post a Comment

Pembaca Cerdas Selalu Tahu Komentar Apa yang Harus Disampaikan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel